Bunyi klausula ini secara umum sebagai berikut : In consideration of an additional premium, it is hereby agreed that this insurance covers loss of or damage to the subject-matter insured caused by theft or pilferage, or by non-delivery of an entire package, subject always to the exclusions contained in this insurance. Atau dalam bahasa Indonesia, “Dengan pertimbangan penambahan premi, dengan ini disetujui bahwa asuransi ini menjamin kerugian atas atau kerusakan pada objek yang diasuransikan yang disebabkan oleh pencurian atau pengutilan, atau tidak terkirimnya seluruh paket, dengan selalu tunduk pada pengecualian yang tercantum pada asuransi ini”.
Theft vs Pilferage vs Non Delivery
Theft dan pilferage memiliki kemiripan arti dalam terminologi asuransi marine cargo dimana theft mengcover peristiwa pencurian dalam skala kerugian besar, sedangkan pilferage yang dapat diindonesiakan sebagai “pengutilan” ditandai dengan jumlah kerugian yang tidak terlalu besar. Istilah “pengutilan” mudah dimengerti pada analogi kasus seorang pengunjung mall mengambil secara sembunyi-sembunyi beberapa lembar pakaian tanpa membayar ke kasir. Pengertian yang relatif sama berlaku dalam asuransi marine cargo dimana pilferage merupakan tindakan yang sama dengan theft namun skala kerugiannya lebih kecil. Theft biasanya dilakukan oleh orang luar namun pilferage bisa dilakukan oleh orang luar maupun kru kapal yang membawa barang muatan tersebut.
Sedangkan non delivery diartikan sebagai barang “tidak terkirim” yang dalam kepentingan ini harus terjadi pada keseluruhan paket (an entire package). Tujuan dari jaminan non delivery ini adalah untuk mengganti kerugian paket yang hilang tanpa diketahui jalur pelacakannya, asumsinya barang tersebut dicuri atau hilang saat proses transit di sebuah pelabuhan. Namun demikian, latar belakang kejadiannya harus tetap memenuhi unsur fortuitous, accidental, dan external means. Apabila paket tersebut “tertinggal” di sebuah pelabuhan atas kelalaian pemilik kapal dan masih dapat diupayakan untuk me-recovery barang tersebut di tempat kejadian lalu mengirimkannya kembali ke tempat yang benar secara utuh maka hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai non delivery. Kejadian lain, misalnya ada kapal pembawa barang-barang untuk keperluan pengungsi dimana saat proses discharge terjadi cuaca buruk yang menyebabkan paket cargo mengalami kerusakan dan akhirnya dibuang di pelabuhan tujuan sehingga tidak sampai ke tangan penerima, maka kejadian ini pun tidak dapat dikatakan sebagai non delivery. Atau dalam case lain ada sebuah kapal yang mengangkut bahan-bahan peledak yang kemudian tidak dapat dilakukan bongkar muat barang di pelabuhan tujuan karena melanggar aturan kepabeanan (akibat membawa barang-barang berbahaya) maka peristiwa ini juga tidak dapat disebut sebagai non delivery.
Melekatkan klausula Institute Theft, Pilferage and Non Delivery pada wording polis marine cargo ICC B atau ICC C (kedua-duanya merupakan named perils policy) masih relevan dilakukan mengingat intensi dari klausula ini adalah untuk memperluas perils dimana “theft, pilferage dan non delivery” secara standard tidak tercantum sebagai perils yang dijamin dalam ICC B dan ICC C. Sedangkan pada ICC A 1.1.82 sudah disediakan coverage yang sedemikian luas (all risk) sehingga menambahkan klausula tambahan (additional clauses) dengan maksud untuk memperluas jaminan justru dapat menjadikan output pada terms and conditions polis yang aneh dan rancu.
Referensi : https://www.lloyds.com/~/media/files/the%20market/tools%20and%20resources/agency/links%20to%20documents%20from%20la%20website/cargo%20claims%20%20recoveries_module%203.pdf
